Pernahkah anda membayangkan memotret memakai kamera Polaroid SX-70 dengan film Polaroid 600 yang sudah expired untuk mendapatkan efek yang sekarang sangat dikenal dengan Earlybird Filter. Memotret menggunakan kamera Holga dengan film Ektachrome yang kemudian dilakukan Cross-Processed saat memproses film untuk mendapatkan efek Lomo-Fi Filter. Menggunakan Holgaroid dengan film Polaroid 80 Chocolate untuk mendapat efek Sutro Filter. Atau Lomo LC-A+ dengan film Velvia 50 untuk mendapatkan efek X-Pro II Filter.
Bagaimana membawa kamera-kamera lama itu semua ditambah dengan film-film ‘lawas’ dan melakukan hunting foto? Merepotlkan sekali bukan. Namun hal itulah yang terjadi sekarang pada sebuah teknologi Instagram. Hal yang barangkali sangat sulit kita bayangkan pada satu dasawarsa yang lalu. Berbagai macam jenis kamera dan film dalam satu device kecil nan ringan bernama iPhone dengan aplikasi Instagram.
Instagram adalah sebuah aplikasi ponsel iPhone (juga di iPad dan iPod touch) yang bisa melakukan banyak model pemfilteran terhadap foto-foto anda dengan sangat mudah, hanya dengan satu sentuhan jari, sekaligus bisa membaginya kepada teman-teman yang sekarang bernama followers. Begitu menariknya aplikasi yang mampu menghasilkan nostalgia dari foto-foto yang kita punya ini, sehingga dalam 13 bulan saja lebih dari 13 juta orang di dunia menggunakannya dan siap berbagi kehidupannya, lewat gambar, kepada dunia. Sebuah kegairahan yang luar biasa dengan lebih dari 150 juta foto telah di upload dari sejak diluncurkannya aplikasi ini pada 6 Oktober 2010. Barangkali sensasinya hampir sama ketika Eastman Kodak menghadirkan Brownie di tahun 1900-an, yang begitu diminati dan membuat orang awam seketika jatuh cinta dengan fotografi, karena mudah dioperasikan dan tidaklah “terlalu mahal”.
Di tanah air sendiri komunitas pecinta instagram ini mencapai ribuan. Sebagian besar dari mereka sangat aktif dan bergabung ke dalam milis iPhonesia, sebuah nama yang diambil dari (I)device (PHO)tographer indo(NESIA). Ada sekitar 1600 lebih anggota yang tercatat. Selain berbagi informasi, sebagian mereka juga aktif melakukan instameet, sebuah istilah ‘temu darat’ bagi pecinta instagram ini. Baik sekedar ‘nongkrong-nongkrong’ atau melakukan hunting foto. Lebih dari itu iPhonesia juga sangat dikenal oleh ‘intagramers‘ dunia karena keaktifan juga kekompakan mereka.
Instagram bersama iPhone serasa memberikan gairah baru akan kecintaan terhadap fotografi di tanah air. Tengok saja, mereka yang amatir, bahkan tidak mengerti banyak akan fotografi bisa membuat karya yang cukup artistik. Mereka juga begitu produktif dalam menghasilkan foto. Menjadikan memotret dan foto sebagai sesuatu yang menyenangkan sekaligus menghibur.
Bagi mereka yang faham fotografi lebih banyak, kamera ponsel ini benar-benar menjadikan pepatah fotografi lama, ‘The best camera is the one you have with you’ menjadi nyata. Mudah dibawa, mudah dalam pengoperasiannya, dan secara “real time” bisa dipamerkan ke ribuan pemirsa di dunia, baik dengan aplikasi ini atau lewat jejaring sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Beberapa diantara mereka bahkan membuat project khusus untuk membuat photo story yang kemudian dipamerkan dalam sebum pameran tunggal atau bersama-sama. Jauh dari istilah ‘main-main’.
Begitulah, bagi anda pecinta kamera Lomo/Polaroid sejati atau bagi anda yang merasa belajar fotografi dengan ‘susah-payah’ mungkin akan sedikit mencibir. “Cepat dan pasti”, suka atau tidak, sebuah dunia baru bernama iPhoneography telah lahir. Meramaikan jagad foto digital. Sebuah dunia yang mencakup semua genre fotografi, dari street photography hingga landscape, dimana spontanitas dan pengolahan artistik lewat instagram (atau aplikasi lain) memberikan gaya tersendiri. Nuansa massa lalu, yang mampu dihadirkan kembali dalam keseharian kini.
Semoga gegap gempita ini bukanlah merupakan euforia sesaat semata, akan tetapi benar-benar menjadi angin baru dunia fotografi. Bagian dari gelombang kreatifitas yang terus mencari “batas”.
Sumber :(http://www.seribukata.com/Ahmad Zamroni)
Photo by: shutdagizm
Photo by: @matthewvictor
Photo by: @embohpokoke
Catatan: Kredit foto merupakan username Instagram yang digunakan masing-masing pengguna aplikasi ini.
More Details ▼
0 Comments
Bagaimana membawa kamera-kamera lama itu semua ditambah dengan film-film ‘lawas’ dan melakukan hunting foto? Merepotlkan sekali bukan. Namun hal itulah yang terjadi sekarang pada sebuah teknologi Instagram. Hal yang barangkali sangat sulit kita bayangkan pada satu dasawarsa yang lalu. Berbagai macam jenis kamera dan film dalam satu device kecil nan ringan bernama iPhone dengan aplikasi Instagram.
Instagram adalah sebuah aplikasi ponsel iPhone (juga di iPad dan iPod touch) yang bisa melakukan banyak model pemfilteran terhadap foto-foto anda dengan sangat mudah, hanya dengan satu sentuhan jari, sekaligus bisa membaginya kepada teman-teman yang sekarang bernama followers. Begitu menariknya aplikasi yang mampu menghasilkan nostalgia dari foto-foto yang kita punya ini, sehingga dalam 13 bulan saja lebih dari 13 juta orang di dunia menggunakannya dan siap berbagi kehidupannya, lewat gambar, kepada dunia. Sebuah kegairahan yang luar biasa dengan lebih dari 150 juta foto telah di upload dari sejak diluncurkannya aplikasi ini pada 6 Oktober 2010. Barangkali sensasinya hampir sama ketika Eastman Kodak menghadirkan Brownie di tahun 1900-an, yang begitu diminati dan membuat orang awam seketika jatuh cinta dengan fotografi, karena mudah dioperasikan dan tidaklah “terlalu mahal”.
Di tanah air sendiri komunitas pecinta instagram ini mencapai ribuan. Sebagian besar dari mereka sangat aktif dan bergabung ke dalam milis iPhonesia, sebuah nama yang diambil dari (I)device (PHO)tographer indo(NESIA). Ada sekitar 1600 lebih anggota yang tercatat. Selain berbagi informasi, sebagian mereka juga aktif melakukan instameet, sebuah istilah ‘temu darat’ bagi pecinta instagram ini. Baik sekedar ‘nongkrong-nongkrong’ atau melakukan hunting foto. Lebih dari itu iPhonesia juga sangat dikenal oleh ‘intagramers‘ dunia karena keaktifan juga kekompakan mereka.
Instagram bersama iPhone serasa memberikan gairah baru akan kecintaan terhadap fotografi di tanah air. Tengok saja, mereka yang amatir, bahkan tidak mengerti banyak akan fotografi bisa membuat karya yang cukup artistik. Mereka juga begitu produktif dalam menghasilkan foto. Menjadikan memotret dan foto sebagai sesuatu yang menyenangkan sekaligus menghibur.
Bagi mereka yang faham fotografi lebih banyak, kamera ponsel ini benar-benar menjadikan pepatah fotografi lama, ‘The best camera is the one you have with you’ menjadi nyata. Mudah dibawa, mudah dalam pengoperasiannya, dan secara “real time” bisa dipamerkan ke ribuan pemirsa di dunia, baik dengan aplikasi ini atau lewat jejaring sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Beberapa diantara mereka bahkan membuat project khusus untuk membuat photo story yang kemudian dipamerkan dalam sebum pameran tunggal atau bersama-sama. Jauh dari istilah ‘main-main’.
Begitulah, bagi anda pecinta kamera Lomo/Polaroid sejati atau bagi anda yang merasa belajar fotografi dengan ‘susah-payah’ mungkin akan sedikit mencibir. “Cepat dan pasti”, suka atau tidak, sebuah dunia baru bernama iPhoneography telah lahir. Meramaikan jagad foto digital. Sebuah dunia yang mencakup semua genre fotografi, dari street photography hingga landscape, dimana spontanitas dan pengolahan artistik lewat instagram (atau aplikasi lain) memberikan gaya tersendiri. Nuansa massa lalu, yang mampu dihadirkan kembali dalam keseharian kini.
Semoga gegap gempita ini bukanlah merupakan euforia sesaat semata, akan tetapi benar-benar menjadi angin baru dunia fotografi. Bagian dari gelombang kreatifitas yang terus mencari “batas”.
Sumber :(http://www.seribukata.com/Ahmad Zamroni)
Photo by: shutdagizm
Photo by: @matthewvictor
Photo by: @embohpokoke
Catatan: Kredit foto merupakan username Instagram yang digunakan masing-masing pengguna aplikasi ini.